Karakteristik Anak
Batasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (kelas 1-3), Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dan anak masa sebelumnya (masa bayi).
Batasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (kelas 1-3), Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dan anak masa sebelumnya (masa bayi).
Masa usia dini merupakan
masa yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Beberapa
ahli pendidikan berpendapat bahwa masa anak usia dini merupakan masa
perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak
memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan
karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir
selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak
pernah berhenti untuk belajar.
Pertumbuhan dan Perkembangan AnakPertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif atau mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik. Selain itu, pertumbuhan dipandang pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat kualitatif yaitu berfungsi tidaknya organ-organ tubuh. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan perubahan yang bersifat saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh, anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh.
Dengan demikian anak
akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Melalui belajar anak akan
berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akan
dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru
dan menimbulkan perilaku baru.
Dalam masa perkembangan, anak diharapkan dapat menguasaikan kemampuan
sebagai berikut.
1.
Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Anak pada masa
ini senang sekali bermain, untuk itu diperlukan keterampilan-keterampilan
fisik seperti menangkap, melempar, menendang bola, berenang, atau mengendarai
sepeda.
2.
Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu
yang sedang berkembang. Pada masa ini anak dituntut untuk mengenal dan dapat
memelihara kepentingan dan kesejahteraan dirinya. Dapat memelihara kesehatan
dan keselamatan diri, menyayangi diri, senang berolah raga serta berekreasi
untuk menjaga kesehatan dirinya.
3.
Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anak dituntut untuk
mampubergaul, bekerjasama dan membina hubungan baik dengan teman sebaya,
saling menolong dan membentuk kepribadian sosial
4.
Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu
membaca, menulis dan berhitung. Untuk melaksanakan tugasnya di sekolah dan
perkembangan belajarnya lebih lanjut, anak pada awal masa ini belajar
menguasai kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
5.
Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Agar dapatmenyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan dari
lingkungannya, anak dituntut telah memiliki konsep yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari
6.
Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Pada masa ini anak dituntut
telah mampu menghargai perbuatan yang sesuai dengan moral dan dapat
melakukan kontrol terhadap perilakunya sesuai dengan moral.
7.
Memiliki kemerdekaan pribadi. Secara berangsur-angsur pada masa ini anak
dituntutmemiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu memilih, merencanakan,
dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tua atau
orang dewasa lain.
8.
Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial. Anak diharapkan
telahmemiliki sikap yang tepat terhadap lembaga dan unit atau kelompok sosial
yang ada dalam masyarakat.
Aspek Perkembangan Anak
1. Perkembangan motorikSeiring dengan perkembangan fisik yang beranjak
matang, perkembangan motorik anak
sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan
kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau
aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit
dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis,
menggambar, melukis, berenang, main bola atau atletik. Perkembangan fisik yang
normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik
dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Dengan kata lain, perkembangan
motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak.
2. Perkembangan berfikir/kognitifDi dalam kehidupan, anak dihadapkan kepada
persoalan yang menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan
merupakan langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu
menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara
penyelesaiannya. Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan
anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu
berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir.
3. Perkembangan BahasaBahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Melalui bahasa, seseorang dapat menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak. Pada usia 1 tahun, selaput otak untuk pendengaran membentuk kata-kata, mulai saling berhubungan. Anak sejak usia 2 tahun sudah banyak mendengar kata-kata atau memiliki kosa kata yang luas. Gangguan pendengaran dapat membuat kemampuan anak untuk mencocokkan suara dengan huruf menjadi terlambat. Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara ”saya”, ”kamu” dan ”kita”.
Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak pada teman sebayanya.
Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak juga senang belajar menulis namanya sendiri atau kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya. Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat sampai lima kata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti ”di bawah”, ”di dalam”, ”di atas” dan ”di samping”. Antara 5 dan 6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dan juga mengetahui lawan kata. Mereka juga dapat menggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang.
4. Perkembangan SosialPerilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, orang tua maupun saudara-saudaranya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarga turut mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya. Ada empat faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi, yaitu :
§ Adanya kesempatan untuk
bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang.
§ Adanya minat dan
motivasi untuk bergaul
§ Adanya bimbingan dan
pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi “model” bagi anak.
§ Adanya kemampuan
berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.
Menjadi orang yang mampu bersosialisasi memerlukan tiga proses yaitu :
§ Belajar berperilaku yang
dapat diterima secara sosial.
§ Memainkan peran sosial
yang dapat diterima.
§ Perkembangan sikap
sosial.
5. Perkembangan EmosiEmosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang
bergejolak pada diri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau
tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam)
terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan. Kemampuan
untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan. Gejala pertama
perilaku emosional dapat dilihat dari keterangsangan umum terhadap suatu
stimulasi yang kuat. Misalnya bila bayi merasa senang, maka ia akan menghentak-hentakkan
kakinya. Sebaliknya bila ia tidak senang, maka bayi bereaksi dengan cara
menangis.
Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurang menyebar, dan dapat lebih dibedakan. Misalnya, anak menunjukkan reaksi ketidaksenangan hanya dengan menjerit dan menangis, kemudian reaksi mereka berkembang menjadi perlawanan, melempar benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya usia, reaksi emosional yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkan reaksi gerakan otot mulai berkurang.
Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurang menyebar, dan dapat lebih dibedakan. Misalnya, anak menunjukkan reaksi ketidaksenangan hanya dengan menjerit dan menangis, kemudian reaksi mereka berkembang menjadi perlawanan, melempar benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya usia, reaksi emosional yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkan reaksi gerakan otot mulai berkurang.
Emosi anak memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Emosi yang kuat Anak kecil bereaksi terhadap suatu stimulusi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remeh maupun yang sulit. Anak belum mampu menunjukkan reaksi emosional yang sebanding terhadap stimulasi yang dialaminya.
b. Emosi seringkali tampak Anak-anak seringkali tidak mampu menahan
emosinya, cenderung emosi anak nampak dan bahkan berlebihan.
c. Emosi bersifat sementara Emosi anak cenderung lebih bersifat
sementara, artinya dalam waktu yang relatif singkat emosi anak dapat berubah
dari marah kemudian tersenyum, dari ceria berubah menjadi murung.
d. Reaksi emosi mencerminkan individualitas Semasa bayi, reaksi
emosi yang ditunjukkan anak relatif sama. Secara bertahap, dengan adanya
pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yang menyertai berbagai emosi
anak semakin diindividualisasikan. Seorang anak akan berlari ke luar dari
ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin akan
menangis atau menjerit.
e. Emosi berubah kekuatannya Dengan meningkatnya usia, emosi anak pada
usia tertentu berubah kekuatannya. Emosi anak yang tadinya kuat berubah menjadi
lemah, sementara yang tadinya lemah berubah menjadi emosi yang kuat.
f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku Emosi yang dialami anak
dapat pula dilihat dari gejala perilaku anak seperti : melamun, gelisah,
menangis, sukar berbicara atau dari tingkah laku yang gugup seperti menggigit
kuku atau menghisap jempol Pada usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak muncul
pada ledakan marahnya Untuk menampilkan rasa tidak senang, anak melakukan
tindakan yang berlebihan, misalnya menangis, menjerit-jerit, melemparkan benda,
bergulingguling, atau memukul ibunya. Pada usia ini anak tidak memperdulikan
akibat dari perbuatannya, apakah merugikan orang lain atau tidak. Pada usia 5-6
tahun, emosi anak mulai matang. Pada usia ini anak mulai menyadari
akibat-akibat dari tampilan emosinya. Anak mulai memahami perasaan orang lain,
misalnya bagaimana perasaan orang lain bila disakiti, maka anak belajar
mengendalikan emosinya. Ekspresi emosi pada anak mudah berubah dengan cepat
dari satu bentuk ekspresi ke bentuk ekspresi emosi yang lain. Anak dalam
keadaan gembira secara tiba-tiba dapat langsung berubah menjadi marah karena
ada sesuatu yang dirasakan tidak menyenangkan, sebaliknya apabila anak dalam
keadaan marah, melalui bujukan dengan sesuatu yang menyenangkan bisa
berubah menjadi riang
Saat’a Temen2 berbagi Share
artikel ini Thakss
WASALAM
Mari Berkomentar, Belajar dari sekarang untuk menjadi komentator handal :) EmoticonEmoticon