Bulan Ramadhan biasanya disambut suka cita. Walaupun, merupakan bulan “melelahkan”, tetap dilalui dengan gembira. Ini di negara kita, bagaimana dengan saudara kita yang yain? Tidak semua kaum meslim tidak seberuntung disini. Tengok saja Iraq, Afganistan,dan palestina. Seharusnya mereka khusyu’ menyambut puasa, malah sibuk memanggul senjata.
Namanya orang kafir, dari dulu tetap saja memmusuhi orang islam. Memang sudah jadi watak mereka, tidak rela jika umat islam tidak mengikuti ajaran mereka. Buktinya negara-negara barat yang notabene kafir, selama ini memperdaya PBB sebagai alat penjajahan gaya baru. Mereka menjalankan agenda keji memporak-porandakan negara-negara islam.
Lihat saja pengalaman Afganistan, Irak, Palestina, dan negara-negara balkan yang selama ini menjadi bulan-bulanan mereka. sejak dulu palestina diporak-porandakan, namun sampai sekarang rakyat palestina tetap menjadi obyek kekejaman dan teror Israel. Mereka di usir, disiksa, dan dibantai Israel dengan dukungan Amerika Serikat. bahkan di bulan Suci pun, rakyat Palestina tetap berada di bawa bidikan senjata.
Namanya orang kafir, dari dulu tetap saja memmusuhi orang islam. Memang sudah jadi watak mereka, tidak rela jika umat islam tidak mengikuti ajaran mereka. Buktinya negara-negara barat yang notabene kafir, selama ini memperdaya PBB sebagai alat penjajahan gaya baru. Mereka menjalankan agenda keji memporak-porandakan negara-negara islam.
Lihat saja pengalaman Afganistan, Irak, Palestina, dan negara-negara balkan yang selama ini menjadi bulan-bulanan mereka. sejak dulu palestina diporak-porandakan, namun sampai sekarang rakyat palestina tetap menjadi obyek kekejaman dan teror Israel. Mereka di usir, disiksa, dan dibantai Israel dengan dukungan Amerika Serikat. bahkan di bulan Suci pun, rakyat Palestina tetap berada di bawa bidikan senjata.
Di Bawa Bidikan Senjata
Apakah Ramadhan tahun ini masi seerti tahun lalu? Semoga saja tidak demikian. Mungkin kita tidak pernah membayangkan kesulitan yang dihadapi mereka. Di hari-hari biasa saja, hanya secuil dari kita yang simpati kepada rakyat Palestina. Padahal sesama muslim itu saudara. Semoga saja hal ini dikarekan ketidak tahuan saja. Atau karena terlalu sibuk dengan kesulitan yang telah lama melanda negeri ini?
Sebaiknya kita perlu tau bagaimana situasi Ramadhan di Palestina. Agar muncul rasa sukur kita dikarenakan tidak mendapat cobaan serupa. Juga, kita sadar betapa banya anggota tubuh kita yang menjerit kesakitan.
Dua tahun yang lalu Muslim Palestina menghadapi Ramadhan dengan penuh keprihatinan. Mereka menjalani puasa dibawa desingan peluru, serangan roket, ledakan rudal, serta tetesan darah dan air mata. Di Palestina, tiada hari tanpa pergolakan dan kesaksian parah pejuang yang gigi berperang melawan penindasan Israel.
Ramadhan saat itu ditandai dengan banyaknya putra-putra Palestina yang gugur. Pada hari pertama Ramadhan, mereka sudah disuguhi serangkaian tyembakan membabi buta tentara Israel didaerah-daerah check-point untuk mengejar aktifis Hamas.
Pada hari kelima mereka kehilanga tiga tokoh: Muhammad Abu Hanud, Hashaikhe, dan Makmun, yang meninggal karena rudal Israel. Di hari ketuju waktu fajar, sejumlah wilayah di Jalur Gaza diserang helikopter Israel. Pada hari kesebelas, tentara Israel memberondong rakyat Palestina di dekat pemukiman Netzarim. Tahanan Palestinapun dianiaya dan diperlakukan dengan kasar. Insiden Ramadhan ini telah menewaskan tidak kurang dari 100 jiwa warga Palestina.
Bagi warga Palestina, puasa diwaktu itu amat menyedihkan. Jangankan bicara soal menu makanan untuk berbuka, untuk mendapatkantempat yang aman dari incaran tentara Zionis itu saja sulit, walau ditempat padat penduduk di Jalur Gaza sekali pun. tentara Zionis menyerang tanpa alasan. Bukan hanya tokoh-tokoh Palestina dengan markasnya yang mereka serang, melainkan juga wanita dan anak-anak dengan rumah tempat tinggalnya.
Apakah Ramadhan tahun ini masi seerti tahun lalu? Semoga saja tidak demikian. Mungkin kita tidak pernah membayangkan kesulitan yang dihadapi mereka. Di hari-hari biasa saja, hanya secuil dari kita yang simpati kepada rakyat Palestina. Padahal sesama muslim itu saudara. Semoga saja hal ini dikarekan ketidak tahuan saja. Atau karena terlalu sibuk dengan kesulitan yang telah lama melanda negeri ini?
Sebaiknya kita perlu tau bagaimana situasi Ramadhan di Palestina. Agar muncul rasa sukur kita dikarenakan tidak mendapat cobaan serupa. Juga, kita sadar betapa banya anggota tubuh kita yang menjerit kesakitan.
Dua tahun yang lalu Muslim Palestina menghadapi Ramadhan dengan penuh keprihatinan. Mereka menjalani puasa dibawa desingan peluru, serangan roket, ledakan rudal, serta tetesan darah dan air mata. Di Palestina, tiada hari tanpa pergolakan dan kesaksian parah pejuang yang gigi berperang melawan penindasan Israel.
Ramadhan saat itu ditandai dengan banyaknya putra-putra Palestina yang gugur. Pada hari pertama Ramadhan, mereka sudah disuguhi serangkaian tyembakan membabi buta tentara Israel didaerah-daerah check-point untuk mengejar aktifis Hamas.
Pada hari kelima mereka kehilanga tiga tokoh: Muhammad Abu Hanud, Hashaikhe, dan Makmun, yang meninggal karena rudal Israel. Di hari ketuju waktu fajar, sejumlah wilayah di Jalur Gaza diserang helikopter Israel. Pada hari kesebelas, tentara Israel memberondong rakyat Palestina di dekat pemukiman Netzarim. Tahanan Palestinapun dianiaya dan diperlakukan dengan kasar. Insiden Ramadhan ini telah menewaskan tidak kurang dari 100 jiwa warga Palestina.
Bagi warga Palestina, puasa diwaktu itu amat menyedihkan. Jangankan bicara soal menu makanan untuk berbuka, untuk mendapatkantempat yang aman dari incaran tentara Zionis itu saja sulit, walau ditempat padat penduduk di Jalur Gaza sekali pun. tentara Zionis menyerang tanpa alasan. Bukan hanya tokoh-tokoh Palestina dengan markasnya yang mereka serang, melainkan juga wanita dan anak-anak dengan rumah tempat tinggalnya.
Minimal Doa
Alhamdulillah, ada juga saudara kita yang membantu. Dari Indonesiapun ada. meskipun amatlah kecil persentasenya dibandingkanjumlah muslim disini. Sebuah LSM dari Mesir bernama Masyarakat Syariah aktif mengumpulkan dana, untuk membantu meringankan beban muslimin Palestina. Sampai dengan minggu kedua Ramadhan di tahun itu, terkumpul dana sebesar empat juta pon Mesir, berasal dari sedekah, infak dan zakat yang dikeluarkan masyarakat setempat. Sebagaian dana itu untuk membeli obat-obatan dan perlengkapan medis. Warga Palestina juga mendapatkan sejumlah bantuan dari umat Islam mancanegara untuk membangun kembali lagi wilayag yang hancur.
Sudah lebih setenga abad, umat Islam di Palestina berjuang melawan Israel. Selama itu pulah belum ditemukan secercah harapan kemerdekaan. Bayang-bayang kekejaman Israel menjadi kekejaman setiap saat. Masa kini Palestina penuh dengan penderitaan belaka, dan masa depannya serat dengan janji kosong.
Melihat hal itu, kita di sini seharusnya lebih banyak bersukur bisa menjalankan ibadah yang hanya setahun sekali ini dengan aman dan bahagia. Bersukur dengan cara memperbaharui Iman kita, belajar ilmu agama, serta untuk memanfaatkan diri sendiri dan orang lain tentunya. Kita juga tidak boleh lengah dan tertipu dengan makar kaum kafir di negeri ini. Kelihatannya bai, padahal menyimpan maksud jahat dibaliknya. Jangan mudah bersimpati dengan kaum kafir, meski keluarga sendiri.
Dan jangan lupa membantu saudara kita yang sedang kesusahan, seperti di Palestina misalnya. Tidak mesti dengan harta benda, kalau tidak mampu dengan Doa saja sudah cukup. Daripada tidak ada kepedulian sama sekali, atau malah ikut-ikutan menyalahkan dan mencaci. Semoga Ramadhan di Palestina kali ini lebih tenang dan aman, jauh dari gangguan teroris sejati.
Alhamdulillah, ada juga saudara kita yang membantu. Dari Indonesiapun ada. meskipun amatlah kecil persentasenya dibandingkanjumlah muslim disini. Sebuah LSM dari Mesir bernama Masyarakat Syariah aktif mengumpulkan dana, untuk membantu meringankan beban muslimin Palestina. Sampai dengan minggu kedua Ramadhan di tahun itu, terkumpul dana sebesar empat juta pon Mesir, berasal dari sedekah, infak dan zakat yang dikeluarkan masyarakat setempat. Sebagaian dana itu untuk membeli obat-obatan dan perlengkapan medis. Warga Palestina juga mendapatkan sejumlah bantuan dari umat Islam mancanegara untuk membangun kembali lagi wilayag yang hancur.
Sudah lebih setenga abad, umat Islam di Palestina berjuang melawan Israel. Selama itu pulah belum ditemukan secercah harapan kemerdekaan. Bayang-bayang kekejaman Israel menjadi kekejaman setiap saat. Masa kini Palestina penuh dengan penderitaan belaka, dan masa depannya serat dengan janji kosong.
Melihat hal itu, kita di sini seharusnya lebih banyak bersukur bisa menjalankan ibadah yang hanya setahun sekali ini dengan aman dan bahagia. Bersukur dengan cara memperbaharui Iman kita, belajar ilmu agama, serta untuk memanfaatkan diri sendiri dan orang lain tentunya. Kita juga tidak boleh lengah dan tertipu dengan makar kaum kafir di negeri ini. Kelihatannya bai, padahal menyimpan maksud jahat dibaliknya. Jangan mudah bersimpati dengan kaum kafir, meski keluarga sendiri.
Dan jangan lupa membantu saudara kita yang sedang kesusahan, seperti di Palestina misalnya. Tidak mesti dengan harta benda, kalau tidak mampu dengan Doa saja sudah cukup. Daripada tidak ada kepedulian sama sekali, atau malah ikut-ikutan menyalahkan dan mencaci. Semoga Ramadhan di Palestina kali ini lebih tenang dan aman, jauh dari gangguan teroris sejati.
Penulis : (dsw)
Courtesy : www.republik.co.id/ramadhan
Image : fokus.news.viva.co.id
Courtesy : www.republik.co.id/ramadhan
Image : fokus.news.viva.co.id
Mari Berkomentar, Belajar dari sekarang untuk menjadi komentator handal :) EmoticonEmoticon