BILA
Ramadhan, bulan suci umat Islam tiba pekan ini, puasa hampir dipastikan akan
dimulai Jumat (20/7) di Jerman. Ada kemungkinan awal puasa juga sama di negara
tetangga Prancis tapi akan jatuh pada hari Sabtu di seberang selat Channel di
Inggris.
Bahkan di
negara sama, sebagian Muslim mungkin memulai dan mengakhiri puasa lebih dulu
atau belakangan dari lainnya karena mereka mengikuti peraturan yang berbeda
atau tidak sepakat apakah mereka telah melihat bulan sabit, awal resmi kalander
lunar yang dipakai Islam.
Hal itu menimbulkan berbagai problema di mana minoritas Muslim tinggal di masyarakat-masyarakat dengan banyak hari liburnya berdasarkan kalender Kristen yang tidak dapat dengan mudah mengakomodasi hari-hari atau bulan suci yang tanggal pastinya ditentukan setelah pemberitahuan singkat.
Frustrasi dibuat hal itu, para pemimpin Muslim di seluruh Eropa makin condong berpaling ke astronomi modern untuk membantu memecahkan problema tersebut. Tapi perbedaan teologi, keragaman etnis dan kuatnya pengaruh tradisi masih jadi kendala terhadap kemajuaan.
"Di dunia modern, khususnya di Barat, orang tak dapat memutuskan dalam penerbangan untuk memulai atau mengakhiri bulan suci pukul 22:00 pada malam sebelumnya," ungkap Nidhal Guessoum, ahli astrofisika kelahiran Aljazair yang telah lama berargumen agar dicapai suatu solusi ilmiah.
Bulan Sabit
Problemanya adalah Ramadhan biasanya dimulai pada waktu fajar setelah lebih dulu melihat bulan sabit dengan mata telanjang, suatu metode yang berjalan baik pada beberapa abad silam ketika perjalanan internasional masih jarang dilakukan dan komunikasi antar daerah masih lemah.
Jika langit berawan pada malam yang seharusnya bulan sabit terlihat atau bulan belum terlihat di wilayah itu, para pemimpin Muslim menunggu satu atau dua hari lagi sebelum mengumumkan dimulainya awal bulan puasa di negara-negara mereka.
Idul fitri yang menandai berakhirnya Ramadhan harus dipastikan dengan melihat bulan sabit berikutnya. Ini artinya kaum Muslim hanya tahu pasti pada malam sebelumnya bahwa mereka akan merayakan hari libur terbesar mereka dalam setahun pada keesokan harinya.
Namun kaum Muslim kini tinggal di seluruh dunia dan media modern, yang hanya melaporkan di mana Ramadhan telah dimulai dan belum masuk, menunjukkan aturan tradional berdasarkan kalender itu kini dinilai ketinggalan.
Kalkulasi
Para ahli astrofisika seperti Guessoum, seorang profesor fisika dari American University of Sharjah, kini dapat mengkalkulasikan secara tepat kapan bulan sabit akan muncul di langit di seantero dunia.
Hal itu menyingkirkan problema yang muncul dalam metode tradisional melihat bulan sabit akibat pengaruh awan, polusi, cahaya terang di kota-kota besar dan penampakan palsu potongan yang sulit dimengerti di angkasa."
Pada bulan ini, bulan akan pertama kali nampak di Amerika Selatan pada 19 Juli, kemudian di sebagian besar kawasan kecuali Eropa utara dan Kanada pada tanggal 20 dan akhirnya terlihat di mana-ana pada 21 Juli.
Dikarenakan keadaan itu, Guessoum akan membagi dunia jadi Timur, tempat terletak kebanyakan negara Muslim, dan Barat, utamanya benua Amerika. Jika bulan sabit terlihat di mana-mana di sebuah wilayah, Ramadhan akan dimulai di seluruh kawasan itu pada keesokan harinya.
Ilmuwan-ilmuwan Muslim lainnya mengusulkan bahwa begitu kalkulasi astronomi menunjukkan bulan sabit di manapun di dunia ini, Ramadhan akan dimulai di mana-mana pada keesokan harinya.
Negara sekuler Turki menerapkan metode ini beberapa dekade silam dan kaum Muslim di negara-negara Ottoman lama di Balkan dan di Jerman tempat sebagian besar Muslim merupakan keturunan Turki, mengikuti cara itu. Pemerintah Ankara telah menyatakan 20 Juli sebagai awal Ramadhan.
Prancis, yang memiliki minoritas Muslim terbesar di Eropa dengan sebagian keturunan Arab, biasanya mengikuti apa-apa yang Arab Saudi lakukan.
Di Inggris, tempat umat Islam merupakan keturunan Pakistan, India atau Bangladesh, banyak komunitas bertahan dengan metode melihat bulan sabit, yang dapat menyebabkan tanggal bertolak belakang untuk memulai dan mengakhiri Ramadan bahkan di dalam negara itu sendiri.
"Ini agak membingungkan," ucap Usama Hassan, periset senior dari Quilliam Foundation di London. "Jika mereka tidak dapat melihat bulan di Inggris, mereka akan mengikuti apa yang terjadi di ‘tanah air’. Banyak pengabaian atas sains.
Tahun ini, pihak Federation of Islamic Organisations in Europe dan European Council on Fatwa and Research meningkatkan kampanye untuk menggunakan satu-satunya kalkulasi astronomi -- utamanya model Turki -- untuk menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri.
Hal itu menimbulkan berbagai problema di mana minoritas Muslim tinggal di masyarakat-masyarakat dengan banyak hari liburnya berdasarkan kalender Kristen yang tidak dapat dengan mudah mengakomodasi hari-hari atau bulan suci yang tanggal pastinya ditentukan setelah pemberitahuan singkat.
Frustrasi dibuat hal itu, para pemimpin Muslim di seluruh Eropa makin condong berpaling ke astronomi modern untuk membantu memecahkan problema tersebut. Tapi perbedaan teologi, keragaman etnis dan kuatnya pengaruh tradisi masih jadi kendala terhadap kemajuaan.
"Di dunia modern, khususnya di Barat, orang tak dapat memutuskan dalam penerbangan untuk memulai atau mengakhiri bulan suci pukul 22:00 pada malam sebelumnya," ungkap Nidhal Guessoum, ahli astrofisika kelahiran Aljazair yang telah lama berargumen agar dicapai suatu solusi ilmiah.
Bulan Sabit
Problemanya adalah Ramadhan biasanya dimulai pada waktu fajar setelah lebih dulu melihat bulan sabit dengan mata telanjang, suatu metode yang berjalan baik pada beberapa abad silam ketika perjalanan internasional masih jarang dilakukan dan komunikasi antar daerah masih lemah.
Jika langit berawan pada malam yang seharusnya bulan sabit terlihat atau bulan belum terlihat di wilayah itu, para pemimpin Muslim menunggu satu atau dua hari lagi sebelum mengumumkan dimulainya awal bulan puasa di negara-negara mereka.
Idul fitri yang menandai berakhirnya Ramadhan harus dipastikan dengan melihat bulan sabit berikutnya. Ini artinya kaum Muslim hanya tahu pasti pada malam sebelumnya bahwa mereka akan merayakan hari libur terbesar mereka dalam setahun pada keesokan harinya.
Namun kaum Muslim kini tinggal di seluruh dunia dan media modern, yang hanya melaporkan di mana Ramadhan telah dimulai dan belum masuk, menunjukkan aturan tradional berdasarkan kalender itu kini dinilai ketinggalan.
Kalkulasi
Para ahli astrofisika seperti Guessoum, seorang profesor fisika dari American University of Sharjah, kini dapat mengkalkulasikan secara tepat kapan bulan sabit akan muncul di langit di seantero dunia.
Hal itu menyingkirkan problema yang muncul dalam metode tradisional melihat bulan sabit akibat pengaruh awan, polusi, cahaya terang di kota-kota besar dan penampakan palsu potongan yang sulit dimengerti di angkasa."
Pada bulan ini, bulan akan pertama kali nampak di Amerika Selatan pada 19 Juli, kemudian di sebagian besar kawasan kecuali Eropa utara dan Kanada pada tanggal 20 dan akhirnya terlihat di mana-ana pada 21 Juli.
Dikarenakan keadaan itu, Guessoum akan membagi dunia jadi Timur, tempat terletak kebanyakan negara Muslim, dan Barat, utamanya benua Amerika. Jika bulan sabit terlihat di mana-mana di sebuah wilayah, Ramadhan akan dimulai di seluruh kawasan itu pada keesokan harinya.
Ilmuwan-ilmuwan Muslim lainnya mengusulkan bahwa begitu kalkulasi astronomi menunjukkan bulan sabit di manapun di dunia ini, Ramadhan akan dimulai di mana-mana pada keesokan harinya.
Negara sekuler Turki menerapkan metode ini beberapa dekade silam dan kaum Muslim di negara-negara Ottoman lama di Balkan dan di Jerman tempat sebagian besar Muslim merupakan keturunan Turki, mengikuti cara itu. Pemerintah Ankara telah menyatakan 20 Juli sebagai awal Ramadhan.
Prancis, yang memiliki minoritas Muslim terbesar di Eropa dengan sebagian keturunan Arab, biasanya mengikuti apa-apa yang Arab Saudi lakukan.
Di Inggris, tempat umat Islam merupakan keturunan Pakistan, India atau Bangladesh, banyak komunitas bertahan dengan metode melihat bulan sabit, yang dapat menyebabkan tanggal bertolak belakang untuk memulai dan mengakhiri Ramadan bahkan di dalam negara itu sendiri.
"Ini agak membingungkan," ucap Usama Hassan, periset senior dari Quilliam Foundation di London. "Jika mereka tidak dapat melihat bulan di Inggris, mereka akan mengikuti apa yang terjadi di ‘tanah air’. Banyak pengabaian atas sains.
Tahun ini, pihak Federation of Islamic Organisations in Europe dan European Council on Fatwa and Research meningkatkan kampanye untuk menggunakan satu-satunya kalkulasi astronomi -- utamanya model Turki -- untuk menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri.
Pihak Council menyatakan pekan lalu bahwa kalkulasi ilmiah sepenuhnya dapat diterima sesuai hukum Islam dan mengumumkan pada Senin ini bahwa Ramadhan akan dimulai pada 20 Juli.
Mohammed Moussaoui, presiden French Muslim Council (CFCM -- Cewan Muslim Prancis), mengatakan berbagai organisasi Muslim kemungkinan besar akan menyetujui metode ini menjelang akhir tahun ini dan menerapkannya dari 2013.
Ada saran-saran di Prancis agar sebagian hari libur Kristen digantikan oleh hari libur Muslim dan Yahudi, sebagai penghormatan kepada kedua minoritas itu, tapi pemerintah Paris perlu menetapkan tanggal-tanggal itu lebih dulu.
"Sebagian besar Muslim menginginkan kalendera didasarkan pada kalkulasi-kalkulasi ini agar mereka dapat mengorganisasikan sebagai sesuatunya lebih dulu," ujar Moussaoui.
Tapi tidak semua orang setuju. Kedua kelompok Eropa itu yang mendukung harmonisasi ini umumnya merupakan etnis Arab dan berkaitan dengan kelompok Persaudaran Muslim. Muslim dari latarbelakang lain, khususnya dari anak benua (India), mungkin enggan mengikuti mereka.
"Saya pikir Inggris tak akan mengikuti metode itu dalam beberapa tahun ke depan," ungkap Guessoum.
Mari Berkomentar, Belajar dari sekarang untuk menjadi komentator handal :) EmoticonEmoticon